Kamis, 29 Desember 2011

bioinformatic of aquaculture

Di Indonesia Bioinformatika masih belum dikenal oleh masyarakat luas. Di kalangan peneliti sendiri, mungkin hanya para peneliti biologi molekuler yang sedikit banyak mengikuti perkembangannya karena keharusan menggunakan perangkat-perangkat Bioinformatika untuk analisa data. Sementara itu di kalangan TI masih kurang mendapat perhatian. Ketersediaan database dasar (DNA, protein) yang bersifat terbuka/gratis merupakan peluang besar untuk menggali informasi berharga. Dari sinilah Indonesia dapat ikut berperan mengembangkan bioinformatika. Kerjasama antara peneliti bioteknologi yang memahami makna biologis data tersebut dengan praktisi IT seperti programmer, dsb akan sangat berperan dalam kemajuan Bioinformatika Indonesia nantinya.

Mengubah Jenis Kelamin Pada Ikan 
Banyak cara untuk dapat meningkatkan mutu benih ikan gurami diantaranya adalah pemilihan induk unggul yang diperoleh dengan teknik persilangan atau hibadisasi, manipulasi kromosom atau dengan cara sex reversal untuk menghasilan benih monosex.
Memproduksi benih monosex artinya memproduksi ikan dengan satu jenis kelamin yaitu jantan atau betina saja. Hal ini didasarkan pada pola pertumbuhan ikan yang berbeda antara ikan jantan dan betina. Pada ikan gurami pertumbuhan ikan jantan lebih cepat dibandingkan ikan betina, jantan berumur 10 – 12 bulan dapat mencapai berat rata-rata 250 gr /ekor, sedangkan betina hanya 200 gram/ekor. Ini berarti pertumbuhan jantan 20% lebih cepat dibandingkan betina. Sehingga dengan hanya memproduksi benih ikan jantan saja dapat meningkatkan produksi dari usaha pembesaran ikan gurami.
Hormon Metiltestoteron merupakan hormon androgen sintetis. Hormon ini sudah banyak digunakan untuk mendapatkan benih ikan monosex jantan seperti pada ikan Nila, ikan Cupang, ikan Tetra Kongo (Zairin, 2002) dan ikan Lauhan (Handajani dan Santoso, 2004). Untuk ikan Gurami hormon Metiltestoteron dengan dosis 5 mg/l dapat menghasilkan 66,98% benih gurami jantan (Handajani, 2006) dan membutuhkan waktu perendaman 3-6 jam (Arifin dan Handajani, 2005). Tetapi hasil tersebut belum maksimal, tidak seperti pada ikan Nila yang tingkat keberhasilannya bias mencapai 90 – 100% monosex jantan. Hal ini disebabkan belum didapatkan data tentang umur larva gurami yang tepat untuk menghasilkan benih monosex jantan yang maksimal, sehingga perlu dilakukan penelitian tentang “Perendaman Hormon Metiltestoteron pada Larva Ikan Gurami (Osphronemus gouramy) Dengan Umur yang Berbeda Terhadap Keberhasilan Pembentukan Monosex Jantan”.


http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=jurnal+mengubah+jenis+kelamin+ikan.

Jumat, 16 Desember 2011

Analisis Jurnal Penginderaan Jauh dan SIG

PENERAPAN METODE PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ANALISA PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN (Studi Kasus: Wilayah Kali Surabaya)

 Penelitian analisis perubahan penggunaan lahan telah dilakukan menggunakan metode penginderaan jauh (inderaja) dan sistem informasi geografis (SIG). Analisis Dampak Perubahan Penggunaan Lahan terhadap Tingkat Pencemaran, contoh di Wilayah Kali Surabaya merupakan salah satu langkah untuk mengetahui seberapa jauh dampak yang ditimbulkan oleh perubahan penggunaan lahan di sekitar Kali Surabaya terhadap tingkat pencemaran yang terjadi. Analisis dilakukan dengan menggunakan metoda Inderaja (Penginderaan Jauh) ada dua yaitu :

1.      Dan model monitoring kualitas air melalui SIG(Sistem Informasi Geografis)

2.      Untuk mengevaluasi dan memonitor penataan dan pengelolaan lingkungan,khususnya       Kali Surabaya. Hasil analisis tersebut diharapkan dapat digunakan dalam pengendalian pemanfaatan lahan di wilayah Kali Surabaya


Konsep penyusunan model hubungan antara dampak perubahan penggunaan lahan terhadap tingkat pencemaran di wilayah Kali Surabaya, dilakukan berdasarkan analisis terhadap perubahan penggunaan lahan dan tingkat pencemaran yang terjadi pada titik-titik pantau masing-masing segmen. Pada tahap awal dilakukan pemprosesaan Landsat TM (Thematic
Mapper) tahun 1997 ada enam,yaitu :
1.       Dengan proses pengolahan datacitra menggunakan software DIMPLE yang di interpretasikan menjadi peta penggunaan lahan tahun 1997. Sedangkan peta penggunaan lahan (landuse) tahun 1990 diperoleh dengan cara digitasi terhadap peta
penggunaan lahan skala 1:50.000.
2.      Pengolahan database SIG
3.      Pengolahan analisis spasial
4.      Statistik
5.       Dengan menggunakan software Arcview Spasial Analysis versi 1.0 untuk membuat model perubahan penggunaan lahan terhadap tingkat pencemaran yang dianalisis dari nilai kandungan BOD (Biological Oxygen)

6.      Metode pendekatan dalam pengumpulan data adalah teknologi penginderaan jauh yang digunakan untuk inventarisasi data, meliputi identifikasi dan alokasi penyebaran secara spasial dan ditunjang dengan survey lapangan.

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:
1. Perangkat keras : komputer; digitizer; plotter
2. Perangkat Lunak: Software Dimple 3.0 untuk pengolahan citra; Arc View Spasial Analisis
     untuk analisis data dan pemetaan/SIG; Microsoft Office untuk pengolahan database.
3. Peralatan untuk pengumpulan data lapangan meliputi: GPS (Global Positioning System)   tipe Garmin untuk menentukan koordinat titik kontrol geometri citra dan untuk mengetahui koordinat titik sampling contoh air sungai;
4. Peralatan laboratorium kualitas air (tipe Horiba) berupa alat spektrofotometer untuk uji  sampling sekali setiap bulan.
 Analisis dan bagan alir proses penelitian dilakukan melalui tahap ada dua tahapan adalah sebagai berikut :
 (a) Pemprosesan meliputi proses pengolahan data satelit Landsat TM, pengolahan  peta landuse dengan metoda SIG, pengolahan analisis spasial dan analisis statistik, dilanjutkan dengan tahap
(b)  Proses analisis secara berjenjang yang ditujukan untuk mendapatkan informasi  variabel variabel yang dapat digunakan untuk menentukan jenis tutupan lahan hasil analisis.
Adapun tahapan pembuatan model SIG, sebagai berikut adalah :
Proses digitasi peta penggunaan lahan hasil terklasifikasi skala 1:50.000 untuk wilayah Kali
Surabaya, dengan menggunakan digitizer yang kemudian dilakukan transformasi dari raster
vektor dengan hasil coverage penggunaan lahan  Overlay geometrik antara layer lahan dan sungai, lokasi industri dan titik-titik pantau dengan input data skala 1 : 50.000 dan hasil overlay skala 1 :250.000. Pembuatan Sistem Informasi Geografiss (SIG) dilakukan dengan menambahkan basis data BOD,COD, TSS dan data-data atribut seperti jenis industri, kode titik pantau dan jenis parameter.